RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK KONSENTRAT (PAKAN) LELE GUNAMENINGKATKAN USAHA PETANI LELE RAJA IWAK DI DESA TANGGUNGKABUPATEN TULUNGAGUNG
BY: Agus Susanto, Novi Cahyono, Achmad Aminuddin, Ahmad Tamami, Ari Dwijanto
ABSTRAK
Usaha lele konsumsi mempunyai prospek besar dalam dunia bisnis karena kebutuhan lele di dalam negeri terus mengalami peningkatan sejalan dengan semakin populernya lele sebagai hidangan. Desa Tanggung merupakan salah satu daerah penghasil ikan lele dalam skala kecil sampai menengah. Di desa ini terdapat kurang lebih 25 petani lele yang mempunyai matapencaharian membudidayakan lele. Namum usaha tersebut dapat perlahan-lahan sirna karena masalah pakan yang harus diberikan pada lele berupa konsenrat (pakan) dari pabrik harganya terus meningkat. Hal ini bisa ditutupi dengan mencetak pakan sendiri dengan memanfaatkan bahan yang tersedia disekitar lingkungan petani yang masih berserakan. Maka dari itu perlu sebuah mesin ringan, efisien, murah dan berkualitas sehingga menguntungkan para petani lele.
Pelaksanaan program pembuatan mesin ini dimulai dari mengetahui fenomena dan obsevasi untuk menemukan data tentang kendala yang dialami petani lele. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kegiatan program yang dilaksanakan maka perlu dilakukan studi pendahuluan. Sehingga menemukan rumusan masalah yang nantinya akan dibahas sesuai dengan kaidah ilmu. Setelah rumusan masalah terperinci maka perlu mengkaji teori pada literatur sesuai dengan masalah tersebut. Langkah terakhir adalah penyuluhan yang ditujukan pada petani lele dan perangkat desa. Penyuluhan berfungsi untuk menjelaskan tentang sistem kerja mesin, cara perawatan, perbaikan jika mesin mengalami kerusakan, dan peran mesin dalam meningkatkan usaha lele.
Bahan pakan ikan dapat digolongkan menjadi dua yaitu bahan yang berasal dari tumbuhan dan hasil ikutannya, seperti; jagung, dedak bekatul, bungkil kedelai, gaplek, tepung daun ubi kayu, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan bungkil sawit, daun lamtoro, bolus rumen, limbah nanas dan bahan yang berasal dari hewan dan ikutannya, seperti; tepung ikan, tepung tulang, tepung daging bekicot, tepung cacing, tepung bulu ayam serta tepung darah ternak. Untuk meramu konsentrat, langkah-langkah yang dilakukan adalah; pengadaan bahan, seleksi bahan, analisis nutrisi dan proses pengolahan makanan ikan yaitu pencampuran, pengolahan bentuk pellet, pengeringan dan pengemasan. Perhitungan pada komponen mesin meliputi perhitungan daya motor, screw conveyor, poros (shaft), pasak, bantalan (bearing), puli (pulley), dan sabuk (belt).
Kata Kunci: Lele, Konsentrat, Bahan, Meramu Pakan, Komponen Mesin
PENDAHULUAN
Usaha lele konsumsi mempunyai prospek cukup besar dalam dunia bisnis, sebab kebutuhan lele terus mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan lele dalam Negeri, misalnya di Yoyakarta kurang lebih 6-7 ton/hari lele yang sebagian besar disuplai dari luar daerah habis dikonsumsi oleh masyarakat setempat (www.kompas.com). Di Jabodetabek, terdapat sekitar 5000 anggota pengusaha warung tenda memerlukan sekitar 40 ton/hari lele untuk memenuhi permintaan masyarakat (Nugroho. E, 2007).
Kepopuleran lele tidak hanya terbatas didalam negeri. Menurut Warta Pasar Ikan 2006, dalam Nugroho, Estu, 2007, di Melbourne, masyarakat Indonesia penggemar lele mulai memperkenalkan komoditas tersebut pada masyarakat setempat. Negara Vietnam sudah menjadikan lele sebagai komoditas eksport dengan tujuan Negara-negara di Eropa dan USA (www.dkp.go.id/content.com), oleh karena itu lele di Indonesia juga dapat menjadi komoditas eksport.
Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu daerah penghasil lele skala kecil sampai menengah. Di desa ini terdapat kurang lebih 25 petani lele. Menurut hasil survei pada bulan Pebruari 2007, pada saat panen dapat menghasilkan 1-1,5 ton lele/kolam dengan kapasitas kolam 20.000 ekor. Hal ini merupakan prospek bisnis yang cerah dan menjanjikan bagi petani lele karena melihat panen yang jumlahnya cukup banyak.
Namum usaha tersebut dapat perlahan-lahan sirna karena kendala-kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah masalah pakan yang harus diberikan pada lele. Pakan dari pabrik harganya terus meningkat sedangkan harga jual lele di pasaran selalu labil. Hasil observasi pada bulan Pebruari 2007 pada saat petani lele Raja Iwak panen, harga lele hanya Rp 5.700,-/Kg, sedangkan harga konsentrat pabrikan berkisar antara Rp 140.000-180.000,-/zak, sehingga secara keseluruhan perhitungan, petani tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 5.00.000,-.
Masalah pakan dalam budidaya lele sepertinya belum menjadi perhatian khusus oleh peteni lele. Padahal pakan merupakan kebutuhan pokok pada budidaya lele yang dilakukan secara intensif. Pakan ikan buatan pabrik yang telah beredar dikalangan petani lele, umumnya harga yang ditawarkan relatif lebih mahal dibandingkan dengan pakan buatan sendiri atau pakan alami.
Komponen bahan baku sebenarnya cukup tersedia di daerah pengembangan ikan, oleh karena itu pembuatan pakan ikan sendiri merupakan alternatif, demi menekan biaya operasional dalam kaitannya dengan pakan. Dari asalnya, bahan makanan untuk ikan dapat digolongkan menjadi dua yaitu: bahan makanan ikan yang berasal dari tumbuhan dan hasil ikutanya, seperti jagung, dedak bekatul, bungkil kedelai, gaplek dan tepung daun ubi kayu, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan bungkil sawit, daun lamtoro, bolus rumen, limbah nanas, dan bahan makanan yang berasal dari hewan dan ikutannya, seperti tepung ikan, tepung tulang, tepung daging bekicot, tepung cacing, tepung bulu ayam serta tepung darah ternak (Murtidjo, Agus. B, 2007).
Hal ini penting untuk diketahui oleh petani lele, karena disamping untuk menekan biaya juga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas panen lele sebab paduan bahan dasar dapat diatur sesuai dengan tingkat gizi yang diperlukan oleh ikan. Untuk membuat konsentrat memerlukan mesin yang berkualitas tetapi murah dan efisien karena kebanyakan petani lele ini terkategori ekonomi lemah. Mesin yang baik adalah mesin yang dirancang dengan perhitungan secara tepat disetiap komponen mesin. Pada mesin pencetak konsentrat ini komponen utama yang dirancang adalah ulir pendorong (screw conveyor), poros (shaft), puli (pulley), pasak (spline) sabuk (belt) dan bantalan (bearing) yang digunakan serta mempertimbangkan faktor ekonomi.
Ulir Pendorong (Screw Conveyor)
Screw conveyor merupakan elemen mesin yang berfungsi sebagai pendorong bahan baku konsentrat ke plat cetakan, sehingga bahan baku yang berbentuk adonan dapat terdorong keluar membentuk crambles (silinder 3 x 6 mm). Perencanaan dan perhitungan screw paling utama adalah putaran (n3) yang diperlukan untuk mendesak keluar bahan baku konsentrat, tegangan longitudinal (τ1), tegangan circumferiential (τc) pada tabung screw conveyor. Secara umum putaran screw (n3) dirumuskan sebagai berikut;
(rpm) (Spivakosvky dalam Mustofa, A.H, 2002)
Tegangan longitudinal (τ1);
(Kg/mm2) (Khurmi, 1992: 178)
Tegangan circumferiential (τc);
(Kg/mm2) (Khurmi, 1992: 176)
Dimana; Q= kapasitas material (0,1 Ton/jam), Ds= diameter screw (200 mm), S= pith (160 mm), η= efisiensi pemusatan beban untuk aliran lambat (0,125), wm= massa jenis konsentrat dalam 1 putaran (15 gr), C= faktor pengambilan sudut efisiensi (5o atau bernilai 0,9), Ps= tekanan dalam rumah screw (2,8.10-2 Kg/mm2), dt diameter tabung screw (202 mm), t = tebal rumah screw (4 mm).
Poros (Shaft)
Poros merupakan batang logam yang memiliki penampang berupa silinder yang digunakan untuk meneruskan putaran dan daya serta sebagai sarana pendukung. Perencanaan dan perhitungan poros paling utama adalah diameter (Ds). Secara umum diameter (Ds) dirumuskan sebagai berikut;
(Sularso, 2004: 18)
Dimana; Km= faktor koreksi momen lentur (1,5), τG= tegangan geser bahan (8 Kg/mm2), M= momen lentur (3427,883 Kg.mm), Kt= faktor koreksi momen torsi (1,5), T= Torsi (421,69Kg.mm).
Pasak (Spline)
Pasak adalah elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling dan sebagainya pada poros (Sularso, 2004). Fungsi pasak dalam perancangan mesin adalah untuk menghubungkan antara dua elemen mesin (umumnya poros dan naf), sehingga terjadi pengaluran momen antara dua komponen tersebut. Perencanaan dan perhitungan pasak paling utama adalah tekanan permukaan pasak (P) yang diperlukan. Secara umum tekanan permukaan pada pasak (P) dirumuskan sebagai berikut;
, dimana; Ft = gaya tangensial pasak (188,648 Kg), l= panjang pasak (24 mm), tl= alur pasak (5 mm).
Puli (Pulley)
Puli adalah suatu komponen mesin yang berfungsi sebagai tempat dudukan sabuk untuk memindahkan daya dan putaran. Diameter puli digunakan untuk alur sabuk, sedangkan diameter dalamnya digunakan untuk pemasangan pada poros. Puli yang digunakan untuk penggerak memiliki dua macam yaitu; puli datar (flat pulley), dan puli mahkota (pulley-V). Puli yang digunakan pada perencanaan mesin pencetak konsentrat ini adalah puli mahkota karena pada mesin ini berputar cepat sehingga membutuhkan kekuatan cengkram yang tinggi.
Perencanaan dan perhitungan puli paling utama adalah diameter puli (Dm), lebar permukaan puli (B) dan volume puli (vp). Secara umum diameter puli (Dm) dirumuskan sebagai berikut;
(Sularso. 2004: 166)
Lebar permukaan puli (B);
B = (N-1) . e + 2 . f (Dobrovolsky, 1974: 254)
Volume puli (Vp)
(Dobrovolsky, 1974: 254)
Dimana; D1= diameter puli yang digerakan (mm), D2= diameter penggerak (mm), n1 = putaran puli penggerak (rpm), n2 = putaran puli yang digerakan (rpm), N = jumlah sabuk penghubung (1), e = ketetapan penampang sabuk (15mm), f = ketetapan penampang sabuk (10 mm),= diameter luar puli.
Sabuk (Belt)
Sabuk merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dengan putaran dari motor melalui puli satu dengan yang lain. Sabuk terdiri-dari; Sabuk rata, sabuk dengan gigi, sabuk-V. Sabuk yang di gunakan pada perencanaan mesin pencetak konsentrat ini adalah jenis sabuk-V (V-belt) karena memiliki kelebihan antara lain; dapat terjadi slip apabila terjadi beban berlebih (over load) sehingga tidak mudah menyebabkan kerusakan pada motor, dapat meredam goncangan atau getaran pada mesin, dan dapat dipergunakan untuk memutar poros yang digerakkan dalam dua arah tanpa mengubah kedudukan motor penggerak. Perencanaan dan perhitungan sabuk paling utama adalah panjang sabuk (L). Secara umum diameter puli (L) dirumuskan sebagai berikut;
(Sularso, 2004: 170)
Dimana; C1= jarak sumbu poros antar puli direncanakan (mm), Dp= diameter puli besar, dp= diameter puli kecil.
Bantalan (Bearing)
Bantalan adalah sebuah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan memiliki umur yang panjang. Penggolongan bantalan secara garis besar menurut Sularso (2004) antara lain; a) berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros, terdiri-dari bantalan linear, bantalan gelinding, b) berdasarkan arah beban terhadap poros, terdiri-dari bantalan radial, bantalan aksial, bantalan gelinding khusus. Bantalan yang digunakan dalam perencanaan mesin pencetak konsentrat ini adalah bantalan bola radial baris tunggal, karena pembebanan yang terjadi hanya pembebanan pada arah radial.
Perencanaan dan perhitungan bantalan paling utama adalah umur nominal bantalan (Lh). Secara umum umur nominal bantalan (Lh) dirumuskan sebagai berikut;
, (Sularso, 2004: 136). Dimana; fn= faktor umur bantalan.
METODE PENDEKATAN
Pelaksanaan program ini, betempat di rumah petani lele Raja Iwak untuk mendapatkan informasi, data yang berkaitan dengan program dan untuk penyuluhan. Bengkel permesinan Jurusan Teknik Mesin untuk membuat mesin, laboratorium Jurusan Teknik Mesin UM untuk perakitan (assembling) dan Bengkel Rotari untuk pengecatan dan kerja finishing. Program ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada Pebruari-Juni 2008.
Tahapan pelaksanaan program pembuatan mesin pencetak konsentrat lele ini dimulai dari obsevasi untuk menemukan kendala yang dialami petani lele. Berdasarkan hasil observasi kendala yang dihadapi oleh petani lele adalah pakan pabrikan (Comfeed 781-1 dan 781-2) harganya cukup mahal berkisar antara Rp 140.000,.- 180.000,-/zak. Cara memperoleh pakan dengan cara menjaminkan surat Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), pelunasan setelah masa panen. Kebutuhan jumlah pakan perkolam dengan kapasitas 20.000 ekor lele yaitu 60 zak atau 3.000 Kg. Untuk mengetahui lebih dalam tentang kegiatan program yang akan dilaksanakan maka dilakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan berguna untuk memperjelas terhadap masalah yang dihadapi, dari aspek latar belakang petani lele, hubungannya dengan ilmu pengetahuan, sehingga menemukan rumusan masalah yang nantinya akan dibahas sesuai dengan kaidah ilmu secara ilmiah.
Setelah rumusan masalah terperinci dengan baik maka perlu mengkaji teori sesuai dengan masalah tersebut, hal ini perlu penelusuran pada teori-teori tertentu atau studi literatur. Studi literatur yang dipelajari yaitu berhubungan dengan bahan baku pembuatan konsentrat ikan lele, cara meramu atau membuat konsentrat, cara pemeliharaan ikan lele, komponen mesin dan dasar teori perencanaan mesin.
Langkah selanjutnya adalah menentukan rencana operasional. Rencana operasional bertujuan untuk menyusun dan melaksanakan strategi. Dalam pembuatan mesin, yang paling penting adalah desain konstruksi yang dituangkan dalam media berupa gambar. Desain konstruksi mesin digambar dengan manual dan secara komputer. Langkah yang pertama yaitu digambar dengan manual menggunakan media kertas kalkir ukuran A1 (594 X 841 mm), setelah itu di gambar dengan komputer. Gambar komputer dihasilkan melalui program Auto CAD dan Mechanical Desktop 2 Dimensi dan 3 Dimensi.
Untuk menghasilkan mesin yang baik maka perlu mengetahui secara detail perhitungan dan perencanaan mesin. Perhitungan komponen meliputi daya motor yang diperlukan, screw conveyor, poros (shaft), pasak (spline), bantalan (bearing), puli (pulley), sabuk (V-belt), rangka (body) dan alat-alat pendukung.
Langkah terakhir adalah penyuluhan yang ditujukan pada petani lele Raja Iwak secara terbatas. Penyuluhan berfungsi untuk menjelaskan tentang sistem kerja mesin, pengunaan, cara perawatan, perbaikan mesin dan menjelaskan tentang pentingnya kesehatan dan besarnya pengeluaran pakan lele dibandingkan dengan komponen budidaya lainnya. Bahan baku dan alat yang digunakan dalam pembuatan mesin antara lain; pelat siku ukuran 3 x 30 (mm) sepanjang 6.000 (mm) dengan ketebalan 0,2 (mm) untuk membuat kerangkan mesin, plat dengan untuk membuat hopper dan rumah poros screw conveyor, baut untuk pengikat komponen-komponen mesin, motor listrik dengan putaran 1400 (rpm) dan daya 0,25 (HP), besi ST37 dan S30C untuk poros dan pasak, bantalan gelinding sebagai penumpu poros, puli-V tipe A dari aluminium dan besi cor, sabuk-V tipe A, karet peredam getaran, sedangkan alat-alat yang digunakan adalah mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, las listrik, palu, kikir, gergaji tangan dan alat yang berhubungan dengan pengerjaan mesin.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsenrat ikan merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan suatu budidaya perikanan, disamping faktor-faktor lain, seperti; benih, pengolahan, dan pencegahan penyakit karena pakan merupakan inventasi terbesar dari seluruh total biaya produksi dalam budidaya ikan sampai panen (Murtidjo, A. B, 2007: 13). Dari asal bahan makanan untuk ikan dapat digolongkan menjadi dua yaitu: bahan makanan ikan yang berasal dari tumbuhan dan hasil ikutannya, seperti jagung, dedak bekatul, bungkil kedelai, gaplek dan tepung daun ubi kayu, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan bungkil sawit, daun lamtoro, bolus rumen, limbah nanas, dan bahan makanan yang berasal dari hewan dan ikutannya, seperti tepung ikan, tepung tulang, tepung daging bekicot, tepung cacing, tepung bulu ayam serta tepung darah ternak.
Membuat Konsentrat Lele
Konsentrat adalah bentuk pakan ikan buatan yang terdiri dari berbagai macam bahan yang diramu dan dijadikan adonan kemudian dicetak hingga bentuknya merupakan batangan atau butiran kecil-kecil seperti beras. Panjangnya biasanya berkisar antara 4 - 6 (mm).
Untuk meramu konsentrat maka langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Pengadaan bahan makanan ikan
2. Seleksi bahan baku dan bahan pelengkap yaitu yang berasal dari tumbuhan dan dari hewan
3. Analisis nutrisi makanan ikan yaitu dasar penyusunan makanan ikan, pedoman batas penggunaan bahan makanan ikan
4. Proses pengolahan makanan ikan yaitu penggilingan, pencampuran, pengolahan bentuk pellet, pengeringan dan pengemasan.
Perencanaan dan Perhitungan Mesin
1. Ulir Pendorong (Screw Conveyor)
a. Putaran screw (n3) berikut;
b. Tegangan longitudinal (τ1) yaitu (Kg/mm2)
c. Tegangan circumferiential (τc) yaitu
(Kg/mm2)
2. Poros (shaft)
a. Diameter Poros Transmisi (Ds)
(mm)
b. Diameter Poros Tranmisi (Ds)
(mm)
c. Diameter Poros Transmisi (Ds)
≈15(mm)
3. Pasak (Spline)
a. Tekanan Permukaan Pasak Poros Transmisi
(Kg/mm2)
b. Tekanan Permukaan Pasak Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
(Kg/mm2)
c. Tekanan Permukaan Pasak Poros Screw Conveyor
(Kg/mm2)
4. Puli (Pulley)
a. Puli Poros Motor
(mm), B = (1-1) . 15,0 + 2 . 10,0 = 20 (mm),
(mm3)
b. Puli Poros Transmisi
(mm), B = (1-1) . 15,0 + 2 . 10,0 = 20 (mm)
(mm3)
c. Puli Poros Screw Conveyor
(mm), B = (1-1) . 19,0 + 2 . 12,5 = 25 (mm)
(mm3)
5. Sabuk (V-Belt)
a. Sabuk Puli Poros Motor Listrik terhadap Poros Transmisi
(mm)
b. Sabuk Puli Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
(mm)
c. Sabuk Puli Poros Motor terhadap Selep
(mm)
6. Bantalan (Bearing)
a. Bantalan Poros Transmisi
(jam)
b. Bantalan Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
(jam)
c. Bantalan Pada Poros Screw Conveyor
(jam)
KESIMPULAN
a. Bahan Dasar Pembuatan Konsentrat (Pakan) Lele
Bahan pakan lele dapat digolongkan menjadi dua yaitu: bahan yang berasal dari (1) tumbuhan dan hasil ikutannya, seperti jagung, dedak bekatul, bungkil kedelai, gaplek dan tepung daun ubi kayu, bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan bungkil sawit, daun lamtoro, bolus rumen, limbah nanas, dan (2) bahan makanan yang berasal dari hewan dan ikutannya, seperti tepung ikan, tepung tulang, tepung daging bekicot, tepung cacing, tepung bulu ayam serta tepung darah ternak.
b. Meramu Konsentrat Lele
Untuk meramu konsentrat maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengadaan bahan makanan ikan
b. Seleksi bahan baku dan bahan pelengkap
c. Analisis nutrisi pakan ikan
d. Proses pengolahan pakan ikan
c. Hasil Perhitungan Komponen Mesin
1. (Ulir Pendorong) Screw Conveyor
a. Putaran screw conveyor (n) =75 (rpm)
b. Tegangan longitudinal (τ1) = 35,35.10-2 (Kg/mm2)
c. Tegangan circumferiential (τc) = 0,707 (Kg/mm2)
2. Perencanaan Poros (Shaft)
a. Perencanaan Poros Transmisi
Diameter : 15 (mm)
b. Perencanaan Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
Diameter : 15 (mm)
c. Perencanaan Poros Screw Conveyor
Diameter : 15 (mm)
3. Perencanaan Pasak
a. Pasak pada Poros Transmisi
(Kg/mm2)
b. Pasak pada Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
(Kg/mm2)
c. Pasak pada Poros Screw Conveyor
(Kg/mm2)
4. Perencanaan Puli (Pulley)
a. Puli Poros Motor
Diameter puli poros motor (Dm) : 80 (mm)
b. Puli Poros Transmisi
Diameter puli (Dm) : 200 (mm)
c. Puli Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
Diameter puli (Dm) : 300 (mm)
d. Puli Poros Screw Conveyor
Diameter puli (Dm) : 300 (mm)
5. Perencanaan Sabuk (Belt)
a. Sabuk pada Puli Poros Motor Listrik Terhadap Poros Transmisi
Panjang sabuk (L) : 1.076 (mm) atau 42 (inchi)
b. Sabuk pada Puli Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
Panjang sabuk (L) : 1. 524 (mm) atau 42 (inchi)
c. Sabuk pada Puli Poros Motor terhadap Selep Jagung
Panjang sabuk (L) : 1.041 (mm) atau 41 (inchi)
6. Perencanaan Bantalan (Bearing)
a. Bantalan pada Poros Transmisi
Faktor Keandalan Umur (Ln) : 10.482,44 (jam)
b. Bantalan pasda Poros Transmisi terhadap Screw Conveyor
Faktor Keandalan Umur (Ln) : 10.482,44 (jam)
c. Bantalan pada Poros Screw Conveyor
Faktor Keandalan Umur (Ln) : 33.015,36 (jam)
DAFTAR PUSTAKA
Farchan, M., & Nyoman, I. Menjadikan Banten Sebagai Sentra Produksi Lele dengan Produksi Sejuta Lele. http://www.dkp.go.id/content.com, diaskes 27 Juni 2007.
Khurmi, R. S. Machine Design. Eurusia Publising House (Pvt): New Delhi; 1682
Murtidjo, Agus B. 2007. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanikus: Yogyakarta
Mustofa, Anas, Hadi. 2002. Perencanaan Penggiling Pakan Udang Kapasitas 70 Kg/Jam. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Malang: Program Pendidikan Teknik Mesin.
Nugroho, Estu. Kiat Agribisnis Lele: Panduan Teknis dan Non-Teknis Pembenihan dan Pembesaran. Penebar Swadaya: Jakarta; 2007.
Sularso dan Suga, Kiyokatsu. Design of Machine Element. PT. Pradnya Paramita: Bandung. 2004.
V. Dobrovolsky, dkk. Machine Elements. Moscow: Mlr
Yogyakarta Membutuhkan Tujuh Ton Ikan Lele Setiap Hari. www. Kompas.com, diaskes 27 Juni 2007.
Sabtu, 13 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar